
Sertifikasi Data Analyst- Dalam lima tahun terakhir, dunia bisnis telah berubah drastis. Hampir semua keputusan penting, baik di perusahaan raksasa maupun startup baru, kini bergantung pada data.
Data bukan hanya jadi bahan evaluasi, tapi juga fondasi inovasi. Dan di tengah arus data yang makin masif, muncullah satu peran krusial Data Analyst.
Namun pertanyaannya, bagaimana perusahaan bisa percaya bahwa seseorang memang punya kompetensi menganalisis data secara akurat dan efisien?
Kenapa Sertifikasi Makin Diperhitungkan dalam Industri?
Di masa lalu, banyak perusahaan mempekerjakan orang berdasarkan pengalaman kerja atau latar belakang akademis. Tapi kini, rekrutmen tidak hanya melihat “pernah belajar apa”, melainkan lebih menilai “bisa apa”.
Sertifikasi hadir sebagai standar baru pengakuan kompetensi, menggantikan peran ijazah yang kian dianggap tidak cukup relevan.
Perusahaan besar seperti Tokopedia, Shopee, Telkom Indonesia, bahkan kini menuliskan “memiliki sertifikasi data analyst menjadi nilai tambah” di deskripsi lowongan.
Ini bukan tren semata, tapi respons nyata terhadap kebutuhan tenaga kerja yang adaptif, bisa dibuktikan secara teknis, dan siap pakai.
Sertifikasi Data Analyst Menjawab Tuntutan Reskilling dan Upskilling

Banyak karyawan lama yang kini terancam tergilas otomatisasi. Pekerjaan yang repetitif perlahan digantikan mesin. Maka untuk tetap relevan, mereka dituntut melakukan reskilling yaitu belajar skill baru dari nol.
Di sisi lain, para profesional muda juga butuh upskilling agar tak sekadar jadi user teknologi, tapi juga pencipta keputusan berbasis teknologi.
Di sinilah peran sertifikasi data analyst begitu strategis. Ia memungkinkan seseorang dari berbagai latar belakang untuk bertransformasi secara profesional, tanpa harus kembali ke bangku kuliah formal bertahun-tahun.
Sertifikasi Membuka Akses ke Pekerjaan Digital Remote
Salah satu dampak positif dari pandemi yang lalu adalah meningkatnya jumlah pekerjaan remote, terutama di bidang digital. Banyak perusahaan di luar negeri kini membuka lowongan untuk data analyst dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tapi bagaimana mereka bisa yakin dengan kompetensi kamu?
Sertifikasi data analyst terutama yang berasal dari lembaga global seperti Google, IBM, atau Microsoft adalah “paspor profesional” yang valid untuk membuktikan bahwa kamu memenuhi standar global.
Bahkan, beberapa perusahaan tidak lagi mewajibkan gelar sarjana, asal kamu punya skill, portofolio, dan sertifikat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sertifikasi Nasional Masih Sangat Dibutuhkan
Di luar jalur internasional, sertifikasi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) tetap sangat relevan, terutama bagi kamu yang ingin bekerja di sektor pemerintahan, pendidikan, atau mengikuti proyek-proyek formal seperti pengadaan barang dan jasa.
Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang sudah ditunjuk dan diawasi langsung oleh pemerintah. Ia menjadi bukti hukum bahwa kamu kompeten secara nasional, dan bisa digunakan dalam administrasi kerja yang lebih formal.
Tidak Harus Punya Background Statistik atau IT
Salah satu kelebihan dari jalur sertifikasi adalah ia terbuka untuk siapa saja, asalkan memenuhi syarat dan mampu menyelesaikan asesmen dengan baik. Ini berbeda dari jalur akademis yang biasanya mensyaratkan jurusan tertentu.
Jadi buat kamu yang berasal dari jurusan non-IT seperti komunikasi, manajemen, ekonomi, atau bahkan pendidikan tidak perlu ragu. Banyak peserta sertifikasi data analyst yang justru berasal dari latar belakang non-teknis dan berhasil meniti karier di bidang data.
Apa yang Diujikan dalam Sertifikasi Data Analyst?
Setiap lembaga memiliki standar masing-masing, tapi secara umum asesmen akan meliputi beberapa aspek berikut:
- Pemahaman tentang jenis data (kuantitatif vs kualitatif)
- Kemampuan membersihkan data (data cleansing)
- Kemampuan eksplorasi data (EDA: Exploratory Data Analysis)
- Pembuatan dashboard visualisasi (menggunakan tools seperti Excel, Tableau, Google Data Studio)
- Penarikan insight dan penyusunan rekomendasi bisnis
Asesmen bisa dilakukan secara tertulis, praktikum berbasis studi kasus, hingga wawancara dengan asesor profesional.
Berapa Biaya Sertifikasi Ini?
Untuk jalur nasional, biaya sertifikasi data analyst berkisar antara Rp 900.000 hingga Rp 1.500.000, tergantung pada apakah kamu ikut pelatihan atau hanya mengikuti uji kompetensi saja.
Sedangkan untuk jalur internasional, misalnya Google Data Analytics Certificate, kamu bisa menyelesaikan kursus dalam waktu 3–4 bulan dengan biaya langganan sekitar Rp 300.000 – Rp 500.000 per bulan lewat platform Coursera.
Jika kamu cepat dan konsisten, kamu bisa selesai hanya dengan biaya total sekitar satu juta rupiah. Sebuah angka yang sangat kecil dibandingkan manfaat jangka panjangnya.
Apakah Sertifikasi Bisa Menggantikan Gelar Akademis?
Tidak. Sertifikasi bukan pengganti kuliah, tapi pelengkap dan penyelaras realita industri.
Jika kuliah memberimu teori dan dasar-dasar berpikir ilmiah, maka sertifikasi memberi kamu skill teknis yang bisa langsung diterapkan. Kombinasi keduanya akan membuat kamu menjadi profesional yang sangat kuat di dunia kerja digital.
Namun, jika kamu tidak kuliah tapi memiliki sertifikasi dan portofolio, kamu tetap bisa bersaing di pasar kerja modern terutama di perusahaan berbasis proyek atau teknologi.
Kesimpulan
Sertifikasi data analyst bukan lagi sekadar tren, tapi sudah menjadi bagian dari ekosistem kerja digital yang menuntut pembuktian kompetensi yang objektif dan terstandarisasi.